Rabu, 02 November 2022

Koneksi Antarmateri - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya


Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Implementasinya di Kelas, Sekolah, dan Masyarakat
Sekolah merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya terbentuk interaksi antara faktor biotik (unsur hidup) dan unsur abiotik (unsur tak hidup). Faktor biotik dalam ekosistem sekolah contohnya kepala sekolah, guru, murid, staf, pengawas, orang tua, masyarakat, dinas terkait, dan pemerintah daerah. Sedangkan faktor abiotik ekosistem sekolah yaitu keuangan, sarana prasarana, dan lingkungan alam. Kedua faktor ini saling berinteraksi satu sama lainnya, sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam sebuah ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya.
Ekosistem sekolah memiliki hubungan timbal balik dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Hubungan timbal balik  atau kolaborasi ini mampu menunjang tercapainya visi sekolah. Sekolah memiliki berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai visi sekolah tersebut. Di sini seorang pemimpin sekolah memiliki peranan penting dalam mengelola sumber daya .

Dalam mengelola sumber daya sekolah, seorang pemimpin dapat melakukannya dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis kekurangan/ masalah. Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah cara praktis menemukenali hal-hal yang positif yang ada di sekolah. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, seorang pemimpin pembelajaran memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. 

Sedangkan pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian pemimpin pembelajaran pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Biasanya seorang pemimpin pembelajaran yang melakukan pendekatan ini akan mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang tidak berfungsi baik, buku ajar yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium.  Kekurangan yang dimiliki  mendorong cara berpikir negatif, sehingga fokusnya adalah bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.

Lalu, kita akan menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki pola pikir pendekatan berbasis aset (asset-based approach) atau melakukan pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (deficit-based approach) dalam mengelola sumber daya di sekolah?

Pengelolaan sumber daya oleh seorang pemimpin pembelajaran dilakukan dengan menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh kelas, sekolah, dan masyarakat. Pemimpin pembelajaran yang melakukan pendekatan ini mendorong komunitasnya untuk dapat memberdayakan aset yang dimiliki serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Tujuannya adalah untuk menciptakan warga ekosistem (kelas, sekolah, dan masyarakat) yang produktif.


Hubungan Pengelolaan Sumber Daya yang Tepat Membantu Proses Pembelajaran Murid Menjadi Lebih Berkualitas

Mengelola sumber daya yang tepat merupakan sebuah kemampuan yang hendaknya dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran. Hal ini berfungsi dalam mengelola dan memanfaatkan berbagai aset-aset yang dimiliki oleh sekolah untuk meningkatkan mutu, kualitas pendidikan yang ada di sekolah. Sehingga visi, misi, dan pembelajaran yang berpihak pada murid dapat terwujud.


Hubungan atau Koneksi Modul 3.2 dengan Modul Lainnya

Pemimpin pembelajaran yang dapat mengelola sumber daya dengan baik dan memiliki pola pikir berbasis aset, akan mampu menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pemimpin pembelajaran mampu menuntun segala kodrat pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai-nilai guru penggerak (berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif) akan mampu mengelola semua sumber daya yang ada di sekolah menjadi aset/ kekuatan yang dapat mendukung program-program atau pembelajaran yang berdampak pada murid. Seorang pemimpin pembelajaran tidak mampu bergerak sendiri dalam mengelola sumber daya tersebut, pemimpin pembelajaran harus berperan dan mampu mendorong kolaborasi antarguru, menggerakkan komunitas praktis, menjadi coach bagi guru lain, serta mewujudkan kepemimpinan murid.

Dalam memimpin dan mengelola program sekolah untuk mewujudkan visi sekolah yang berorientasi pada murid, seorang pemimpin pembelajaran mampu membuat prakarsa perubahan melalui rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif). Pemimpin pembelajaran dapat melakukan strategi manajemen perubahan sebagai berikut :

  • Merumuskan visin tentang lingkungan belajar yang berpihak pada murid.
  • Mengidentifikasi kekuatan yang dimilikinya dalam mendukung tumbuhnya potensi murid.
  • Menyusun rencana manajemen perubahan (paradigma dan model inkuiri apresiatif).
  • Menjalankan rencana manajemen perubahan.      

Melalui strategi tersebut di atas diharapkan guru mampu :

  • Memetakan kekuatan yang dimiliki demi mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid.
  • Memetakan dan mengimplementasikan strategi pengelolaan perubahan melalui kekuatan yang dimiliki dari dalam diri dan luar diri untuk mewujudkan visi pendidik yang berpihak pada murid.


Perubahan pemikiran Setelah Mempelajari Modul 3.2

Perubahan mendasar yang terjadi dalam diri saya sebagai CGP dan pemimpin pembelajaran yaitu saya mulai melakukan pendekatan berbasis aset ketika mengelola sumber daya yang ada di ekosistem sekolah. Pendekatan berbasis aset (asset-based approachini tepat untuk diterapkan, karena menekankan kepada kemandirian untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapi dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada.


Previous Post
Next Post

0 comments: