Sabtu, 10 September 2022

Praktik Tari Lego-lego: Menumbuhkan Semangat Persatuan Murid SDN Sidoharjo I

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Proses belajar murid menjadi bermakna apabila dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Pembelajaran bermakna artinya murid tidak hanya menghafalkan informasi atau materi pelajaran baru tanpa menghubungkannya dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang ada dalam struktur kognitifnya. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber dalam pembelajaran. Kegiatan belajar telah beralih menjadi murid sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.

Pembelajaran SBdP yang bermakna dan berpihak pada murid tidak hanya dilakukan dengan pemaparan materi atau murid menghafal suatu pengetahuan baru. Pembelajaran SBdP di kelas VI sekolah dasar ini dapat dilakukan dengan mendemonstrasikan langsung atau bermain peran (role playing). Begitu pula yang dilaksanakan guru kelas VI SDN Sidoharjo I pada pembelajaran SBdP materi Tari Daerah. Guru mengajak murid mendemonstrasikan dan bermain peran dalam pembelajaran Tari Lego-lego.

Tari Lego-lego berasal dari Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Tarian ini ditujukan untuk mengajak masyarakatnya bersatu membangun kampung dan negeri. Saat ini tari Lego-lego lebih sering digunakan untuk menyambut tamu. Tamu disambut oleh masyarakat yang dituakan, lalu diajak menuju sebuah pohon besar yang rindang, dengan beberapa warga perempuan yang berpegangan tangan mengelilingi pohon. Tamu dipersilakan untuk ikut serta dalam tarian tersebut dengan formasi atau pola lantai lingkaran. Dengan gerakan kaki yang diatur sedemikian rupa, penari akan bergerak mengitari pohon. Pada saat yang sama, sirih pinang dan minuman sopi ditawarkan. Di dalam lingkaran, ada tiga lelaki yang memiliki tugas berbeda. Ada pemukul gong yang nadanya akan digunakan untuk menghitung langkah penari, kemudian ada seorang lelaki yang bernyanyi sekaligus mengucapkan pantun, dan seorang lagi bertugas membagikan sirih pinang serta minuman sopi. Selain menjadi identitas setiap suku, tarian ini menjadi salah satu identitas pemersatu masyarakat Alor yang punya mimpi agar masyarakat dan pendatang terus bersatu membangun kampung serta negeri. (sumber: Buku Siswa K-13 Tema 2 Kelas VI)

Pembelajaran SBdP kali ini dikemas berbeda oleh guru kelas VI SDN Sidoharjo I (Ibu Maulidiya Rahma Prastiti, S.Pd.). Murid-murid diajak untuk mempraktikkan langsung tari Lego-lego. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah murid-murid menyimak video dari channel youtube: Budayaku Negeriku untuk memperoleh informasi tentang Tari Lego-lego.

Murid-murid kelas VI begitu antusias belajar budaya Alor NTT dan tari Lego-lego dengan video pembelajaran ini. Mereka menyampaikan bahwa mendapat pengetahuan baru tentang tradisi makan sirih, minum minuman sopi, cara menyambut tamu di Kab. Alor NTT, pakaian adat Alor, dll.

Setelah itu, murid dan guru bertanya jawab terkait informasi apa saja yang diperolehnya setelah menyimak video tersebut.

Guru memfasilitasi murid untuk membagi peran dalam praktik Tari Lego-lego. Murid-murid berdiskusi untuk menentukan perannya. Adapun hasil diskusi sebagai berikut.
  • Radhit (berperan sebagai pohon besar). Ia bertugas mencari properti seperti ranting pohon dan dedaunan untuk mendukung perannya.
  • Afdani (berperan sebagai penyambut tamu kehormatan yang membagikan daun sirih dan minuman sopi). Ia bertugas membawa gelas plastik sebagai tempat minuman dan mencari dedaunan (sebagai ganti daun sirih, karena daun sirih sulit ditemukan di sekitar sekolah dan rumahnya).
  • Ardani (berperan sebagai penyanyi yang mengiringi tarian Lego-lego dan membaca pantun).
  • Dika (berperan sebagai penabuh moko). Ia bertugas meminjam alat musik kendang milik saudaranya sebagai pengganti moko.
  • Robith dan Andika (berperan sebagai tetua adat yang menyambut tamu kehormatan).
  • Riza, Akbar, Abi. Rehan, dan Mubin (berperan sebagai tamu kehormatan).
  • Zhifa, Kiran, Selvi, Ifa, Fazza, Nana, Fina, Rani, Resty, Silvia (berperan sebagai penari Lego-lego)

Dengan belajar tari Lego-lego, murid-murid menghayati dan menumbuhkan semangat persatuan bangsa Indonesia melalui seni budaya lokal (tari daerah). Hal ini sesuai dengan makna tari Lego-lego, yaitu persatuan atau kebersamaan di antara warga masyarakat Alor, Nusa Tenggara Timur. Tarian ini mengandung semangat gotong royong, sikap mendukung, serta kerelaan memberi motivasi. Tari Lego-lego juga memiliki makna fungsional penting lainnya, yaitu: 

  1. Sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Warga Alor akan menarikan tari Lego-Lego sebagai ucapan syukur, setelah suatu kegiatan selesai dilaksanakan. Tidak hanya menari, warga juga akan melakukannya sambil menyanyi lagu pujian syukur.
  2. Sebagai wujud kegembiraan atau keberhasilan Tari Lego-Lego juga dibawakan ketika ada suatu hal atau kegiatan yang berhasil dilaksanakan. Contohnya keberhasilan panen, upacara pernikahan, atau untuk menyambut tamu. Warga Alor menggunakan tarian tradisional ini untuk mengungkapkan kegembiraan mereka.
Berikut ini adalah dokumentasi kegiatan praktik Tari Lego-lego murid kelas VI SDN Sidoharjo I Kec. Senori Kab. Tuban (Sabtu, 11 September 202)










#gurupenggerak
#calongurupenggerakangkatan5
#cgpkabupatentuban
#maulidiyarahmaprastiti
Previous Post
Next Post

0 comments: